Fenomena Ruwatan Cukur Rambut Gembel Atau Gimbal

Selasa, 14 September 2010

0 komentar
Secara unik, Banyak anak - anak di Dataran Tinggi Dieng yang memiliki rambut gembel atau gimbal. Fenomena ini dihubungkan dengan hal - hal spiritual. Masyarakat dataran tinggi dieng beranggapan rabut gembel atau gimbal tidak dapat dihilangkan begitu saja karena seorang anak yang berambut gembel merupakan keturunan leluhur atau pepunden Dieng, versi lain menyebutkan rambut gembel dianggap sebagai "Balak" atau bisa membawa musibah.

Rambut Gimbal atau Gembel adalah sebuah rambut yang tumbuh lebih dari sehelai dengan bentuk menggumpal mirip seperti rambut dikalangan misisi reggae. Ciri-cirinya seorang anak yang akan tumbuh rambut gembel atau gimbal biasanya disertai demam yang tinggi. Sampai dengan saat ini Keberadaan rambut gembel di Dataran Tinggi Dieng masih menjadi misteri dan belum ada penelitian medis mengenai fenomena tersebut.

Prosesi Upacara / Ruwatan Cukur Rambut Gembel / Gimbal

Tradisi masyarakat Dataran Tinggi Dieng mengharuskan seorang anak yang berambut gembel diatas umur 7 tahun harus melakukan ruwatan cukur gembel. Tujuanya agar "Balak" yang ditimbulkannya sirna. Upacara / Ruwatan Cukur Rambut Gembel atau Gimbal akan dilangsungkan setelah Si anak mengajukan permintaan kepada orang tuanya, biasanya permintaan ini sulit untuk dipenuhi. Menurut kepercayaan Masyarakat Dataran Tinggi Dieng permintaan tersebut harus dipenuhi karena bila tidak si anak akan sakit-sakitan bahkan bisa berujung pada musibah.

Ruwatan Cukur Rambut Gembel atau Gimbal bertujuan untuk menghilangkan rambut gembel agar si anak memiliki rambut yang normal, Selain itu si anak yang dicukur rambutnya agar memperoleh keberkahan dan kesehatan. Untuk melakukan ruwatan Cukur Rambut Gembel atau  Gimbal tokoh spiritual harus memandikan anak tersebut dengan menggunakan air kramat di kawasan Dataran Tinggi Dieng seperti di Goa Sumur. Prosesi ruwatan cukur rambut gembel atau gimbal dilengkapi dengan sesajen berupa tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, jajanan pasar, 15 jenis minuman dan permintaan sianak.

Setelah memanjatkan Doa, tokoh spiritual mengasapi kepala Si anak dengan kemenyan barulah memotong rambut gembel tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gembel lalu mencukurnya satu-satu. Rambut yang telah dicukur lalu dibungkus dengan kain putih lalu kemudian dilarung di Telaga Warna Dieng atau ke sungai.

Sampai dengan sekarang Ruwatan Cukur Rambut Gembel atau Gimbal mampu menjadi daya tarik sektor Pariwisata Dataran Tinggi Dieng.

Tari Lengger

0 komentar
Lengger adalah sebuah kesenian / Tari yang berasal dari daerah banyumasan, pada awalnya kesenian lengger diciptakan sebagai sebuah tarian ritual yang berfungsi sebagai sarana tolak bala dan media ruwatan. Kesenian Lengger sudah ada sejak dulu dan pernah di gunakan oleh Sunan Kalijogo untuk menarik para pemuda agar rajin ke Masjid. 

Kesenian Lengger merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang mewarnai kehidupan masyarakat Dataran Tinggi Dieng, kesenian ini bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti bersih desa, sebagai pelengkap upacara hari besar, sebagai hiburan dan juga media pendidikan.

Menurut Wadiyo, 2006 : 141, Sebuah karya seni diciptakan manusia sebagai bentuk ekspresi budaya dan merupakan ungkapan sosialnya, sehingga karya seni diciptakan oleh manusia tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri sendiri tetapi juga untuk kebutuhan orang lain.

Seorang penari lengger dituntut harus mampu menari dan bernyanyi, dengan memainkan gerakan secara lincah dan dinamis hal ini merupakan ciri khas identitas daerah, bahkan menjadi nilai-nilai budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat.

Keberadaan kesenian lengger di Dieng dan berbagai daerah seperti di telan zaman, yang kian lama semakin surut. Jika tinjau kembali daya minat masyarakat semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh gejala-gejala moderenisasi. Salah satu contoh, masyarakat lebih senang dengan hiburan sesui dengan zamanya.

Upaya untuk melestarikan kesenian / tari lengger perlu digalakkan, apalagi dieng merupakan daerah wisata, dimana sektor wisata tak dapat lepas dari seni budaya yang ada. Bahkan keberadaan kesenian lengger dapat menjadi nilai lebih di kawasan wisata Dieng.

Kedepanya perlu dipikirkan agar generasi penerus kesenian lengger tetap eksis dalam menghadapi perkembangan zaman.